Perjalanan jelajah arsitektur
nusantara kembali kami lanjutkan ke pulau ke-2 yaitu Lombok. Setelah melewati
perjalanan laut yang cukup memakan waktu, yaitu sekitar empat jam berada di
kapal akhirnya sampai juga di pelabuhan Lembar, Lombok. Sesampainya di pulau
Lombok, rombongan langsung menuju ke Bukit Senggi Hotel untuk istirahat. Pagi harinya perjalanan baru dimulai
menuju obyek kunjungan KKL di Lombok yang pertama yaitu Villa Ombak yang letaknya
berada di Gili Trawangan. Sepanjang perjalanan menuju Gili Trawangan, kami
disuguhkan dengan pemadangan alam yang luar biasa menakjubkan, hamparan perbukitan
hijau yang melandai disambut putihnya pasir pantai dan jernihnya air laut berwarna
biru-kehijauan. Sungguh pemandangan yang sangat sayang untuk dilewatkan.
Setelah
perjalan darat yang melewati jalan berkelok-kelok dengan dimanjakan pemandangan
alamnya, dilanjutkan dengan perjalanan laut menggunakan speed boat untuk menuju
ke Gili Trawangan. Gili Trawangan merupakan pulau (gili) terbesar dari tiga
pulau yang berada di barat laut pulau Lombok. Pada pulau ini kami mengunjungi
Hotel Villa Ombak yang merupakan hotel pertama di Gili Trawangan dan sekelas
hotel bintang empat.
Dengan mengusung konsep arsitektur vernacular yang
diadaptasi dari local genius, yaitu rumah tradisional suku sasak yang dikemas dalam nuansa yang lebih
modern namun tetap menganut prinsip-prinsip arsitektur tropis. Ciri khas utamanya adalah bentuk atap sasak
khas arsitektur Lombok, namun materialnya sudah menggunakan sirap tidak lagi menggunakan
ilalang sebagimana aslinya. Hal ini dikarenakan adaptasi terhadap cuaca yang
cukup ekstrim di Pulau Trawanagan. Salah-satu tantangan besar yang harus
dihadapi villa ombak selain cuaca adalah terjadinya korosi pada material bangunan, sehingga pemilihan
material lebih banyak menggunakan material dari kayu. Fasilitas kamar yang disediakan
hotel ini memiliki berbagai jenis dengan menawarkan konsep dan tipe bangunan
yang berbeda.
Selepas menikmati keindahan arsitektural villa
ombak, perjalanan dilanjutkan dengan menyusuri koridor jalan disepanjang pantai
yang suasananya tidak lagi terasa seperti di Indonesia. Selain memang lebih
banyak pengunjung manca negara dibandingkan domestik, juga kurangnya perhatian
terhadap penataan ruang yang mampu memberikan kesan Indonesia dengan
menghadirkan arsitektur tradisional Lombok. Selain menikmati keindahan pulau
Trawangan, kami juga mencoba menikmati keindahan bawah lautnya dengan
bersnorkeling di sekitar laut GiLi Trawangan.
Kembalinya ke pulau Lombok perjalanan dilanjutkan
menuju salah satu Desa Adat Lombok, yaitu Desa Sade. Meskipun waktu kunjungan
kami pada malam hari, namun tidak mengurangi antusias teman-teman untuk menggali
nilai-nilai arsitektur yang ada pada Desa Sade ini. Sesampainya disana kami
langsung disambut dengan suguhan arsitektur khas Lombok, yaitu rumah dengan
atap sasak yang terbuat dari ilalang. Serta berbagai kerajinan tangan yang
dibuat oleh penduduk setempat, yang paling terkenal adalah kain songketnya yang
pengolahannya masih tradisional dengan menggunakan pewarna alami.
Desa Sade merupakan salah satu desa adat di
Lombok yang masih mempertahankan arsitektur tradisionalnya, meskipun ada
sebagian yang berubah seperti pada beberapa rumah yang lantainya tidak lagi
menggunakan campuran tanah dan sekam namun sudah mengunakan campuran semen. Namun
tradisi mengepel lantai dengan kotoran kerbau masih tetap terjaga dan terus
berlangsung. Beruntung kami berkesempatan untuk masuk disalah-satu rumah yang merupakan
rumah tertua di Desa Sade yang masih asli material bangunannya. Sayangnya karena
waktu kunjungan kami pada malam hari, sehingga tidak dapat melihat langsung proses
pengepelan lantai dengan kotoran kerbau. Setelah puas berkeliling desa
perjalanan kembali dilanjutkan menuju pulau Bali untuk singgah dibeberapa pusat
oleh-oleh, dan dilanjutkan kembali ke kampus tercinta. Nah, ditengah maraknya lagam arsitektur barat
yang sekarang menjamur di Indonesia, masih banyak kekayaan arsitektur nusantara
kita yang dapat kita gali nilai-nilai kearifan lokalnya, yang tetap
mempertahankan tradisi dan mampu bertahan di iklim tropis Indonesia sekarang
ini. Semoga perjalanan KKL Jelajah Arsitektur Nusantara Bali-Lombok ini mampu
menginspirasi dan memotivasi teman-teman lainnya untuk berjelajah kekayaan
arsitektur Indonesia lainnya.
Untuk
lebih lengkapnya, nantikan Pemaparan dan Pameran KKL Arsitektur Unnes angkatan 2011, segera..