Berawal
dari pemikiran sederhana mengenai pembangkit yang menghasilkan listrik saat
ini. Umumnya pembakaran bahan bakar fosil pada pembangkit untuk menghasilkan energi listrik tersebut
berlangsung kurang sempurna akibatnya dihasilkanlah emisi Karbon Dioksida,
Nitrogen Oksida dan Sulfur Oksida. Padahal gas tersebut salah satu penyumbang
terbesar efek gas rumah kaca. Dari latar belakang tersebut, Muhammad Hadi
Muchlison, mahasiswa arsitektur angkatan 2012 ini berinisiatif memunculkan sebuah
ide yakni CIP CELL (Catalyst Integrated of Photovoltaic Cell)
atau katalis yang terintegrasi sel fotovoltaik/ panel surya. Cara kerja CIP
CELL ini adalah dengan memanfaatkan energi matahari yang melimpah di Indonesia.
Berbeda dengan panel surya pada biasanya, panel surya (fotovoltaik) ini dapat
dimanfaatkan pada malam hari. Untuk itu muchlis ini berinisiatif menggandeng
rekannya yakni Fachry Azharuddin (Tenik Elektro) dan Yanuar Ary (Biologi) untuk
mewujudkan gagasannya kali ini.
Cara
kerja secara umum dari rancang bangun CIP CELL ini terbagi menjadi dua, yakni secara langsung dan tidak langsung. Secara
langsung merupakan perolehan sumber daya listrik yang berasal dari photovoltaic cell saat menerima pancaran
sinar matahari pada saat matahari bersinar terik. Jadi hal ini hanya bisa
terjadi pada siang hari. Sedangkan secara tidak langsung merupakan perolehan
sumber daya listrik yang berasal dari baterai (fuel cell). Proses ini diawali dengan proses elektrolisis pada
elektrolyzer, proses ini memisahkan air menjadi oksigen dan hidrogen.
Selanjutnya oksigen dan hidrogen tersebut masuk ke dalam tabung penampung
sementara sebelum masuk ke sel bahan bakar (fuel
cell). Di dalam fuel cell inilah
energi listrik yang dihasilkan tersebut dapat disimpan. Elektrolit pada fuel cell ini berupa air murni dan
keluarannya (limbah) juga berupa air, sehingga akan sangat ramah lingkungan
berbeda dengan aki yang menggunakan Asam Sulfat sebagai elektrolitnya.
Dari gagasan tersebut, muchlis mengusulkan gagasan tersebut dalam sebuah lomba karya tulis ilmiah tingkat
nasional yang diadakan oleh Himpunan Mahasiswa Teknik Fisika ITS Surabaya. Tema
utama dalam LKTI kali ini adalah Sustainable
Energy For Eco Building, sehingga dirasa sangat cocok antara tema LKTI
dengan gagasan tersebut. Serangkaian LKTI ini dimulai dari proses yang cukup
panjang, yakni seleksi abstrak yang dimulai pada tanggal 10 Desember 2013 lalu,
selanjutnya yang lolos seleksi abstrak diumumkan seminggu berikutnya pada
tanggal 17 Desember. Dari ratusan abstrak yang masuk, panitia mengambil setengahnya yakni 189
abstrak. Proses selanjutnya adalah pengumpulan karya tulis dalam bentuk hard
copy dan soft copy. Pada tahap ini ada 111 karya tulis yang dikirim peserta ke
panitia. Selanjutnya pada tanggal 25 Januari 2014 lalu diumumkan
peserta-peserta yang lolos tahap final untuk melakukan presentasi dan pameran
di Institut Teknologi Sepuluh Nopember. 10 tim tersebut berasal dari berbagai
perguruan tinggi diantaranya Universitas Gadjah Mada, Institut Pertanian Bogor,
Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Universitas Pendidikan Ganesha Bali,
Institut Pertanian Bogor, Institut Teknologi Bandung, Universitas Jember, dan
Universitas Airlangga Surabaya. Tahap Final dimulai dari pameran maket dan
poster yang berlangsung di Graha ITS pada 6 Februari lalu. Keesokan harinya
melaksanakan presentasi dan tanya jawab langsung dihadapan 3 dewan juri.
Walaupun belum meraih juara dalam 3
besar, namun setidaknya sudah unjuk gigi dikompetisi bergengsi tingkat nasional
ini. Tak lupa muchlis juga mengucapkan terimakasih kepada teman-teman yang telah membantu dalam pembuatan maket dan dosen pembimbing yang dengan telaten membimbing karya tulis ini. Pesan terakhir dari muchlis kali ini adalah tetap semangat dan jangan
pernah berhenti untuk berkarya demi arsitektur unnes tercinta. Sedikit karya
Anda akan menginspirasi orang lain untuk menciptakan karya-karya kecil dan
menghasilkan inspirasi yang besar. Sebuah kebiasaan kecil mungkin akan dapat
menghasilkan perubahan yang besar.
0 comments:
Post a Comment